Pernah merasa sepi? Yup! Mungkin karena terbiasa bersama orang yang perhatian, maka ketika tak bersatu sepi terlalu sering bertamu. Ia datang ketika saya sendiri dalam ruang kotak yang nyaman ini. Ia terlihat lihai menghinggapi otak dan hati. Menelusuk seluk-beluk hingga masuk pada rusuk. Saya tertusuk panah rasa nan buruk. Rasa sepi yang selalu bertamu dan membawa oleh-oleh rindu.
Rindu? Saya terlalu membencinya. Ia sangat pandai dan selalu mampu membuat saya merasa bodoh. Ia dapat mengobrak-abrik segala rasa dan sistem yang tersusun dalam tubuh. Ia mampu menghancurkan semuanya. Rindu selalu berhasil mengorek asa yang sudah terkubur cukup dalam.
Jika rindu selalu datang kala sepi bertandang, maka saya harus memusnahkan rasa sepi. Saya tak mau terus dibodohi rindu yang tak punya hati. Ia terlalu kasar dan jahat. Saya harus menghilangkan sepi agar rindu dapat segera pergi.
Saya pun mencoba membuka hati. Mencari lelaki yang dapat menghapus sepi. Mereka hadir dan memang mampu. Mereka? ya mereka, karena lelakinya lebih dari satu:). Akhirnya sepi saya hilang tak berani lagi bertamu.
Ketika diantara mereka ingin selalu menghilangkan sepi ini. Saya bahagia, tapi saya juga ragu. Ragu dengan hati dan rasa ini. Bagi saya, saya hanya membutuhkannya. Saya ingin ia hadir dan menemani. Hanya sekedar itu, tak lebih. Mereka dibutuhkan, tapi tak diinginkan. Entahlah!
Mereka pun hilang, membuat sepi kembali datang. Jika hanya sekedar sepi saya masih mampu. Asal sepi yang tidak membawa rindu. Karena rindu itu seperti peluru. Menusuk cepat tak terasa, tapi mampu membuatmu mati kutu.
Jika siklusnya terus seperti ini,
Apakah hati harus terus terisi agar sepi tak menghampiri?
Komentar
Posting Komentar