Langsung ke konten utama

Memperbaiki Solusi untuk Menyelesaikan Masalah




            Bagaimana mungkin suara orang bisa terdengar dari jarak yang jauh seperti jarak normal? Ini adalah masalah yang Alexander Graham Bell pikirkan. Solusinya, seperti yang kita ketahui adalah telepon. Namun, bagaimana ia dapat menemukannya? Banyak dari kita menganggap itu adalah sesuatu yang tidak jelas, tapi Bell berhasil menemukan dengan ide kreatifnya,  menciptakan sebuah model dari mesin itu, menjualnya, dan menjadi kaya dan terkenal. Ini adalah sebuah fakta, ini tidak mudah dan sederhana. Sebelum dia memulai idenya menjadi kenyataan, Bell belajar semua tentang elektrisitas dan ia menggunakan pengetahuannya untuk kerja dan menyelesaikan masalah teknik itu.
            Memperbaiki sebuah solusi dari masalah tidak selalu dari bidang baru, tapi hal yang jarang dianggap mudah oleh orang-orang. Seperti contoh dari Eliot Hutchinson:
                        Ini sama sekali tidak sepele, tentang bisnis dari memperbaiki atau menyempurnakan sebuah solusi. Bekerja siang dan malam, bulan dan tahun, keringat dari sembilan-persepuluh dari orang jenius. Sangat melelahkan, terhambat, terbuang....  Cerita perpaduan dari seni dan ilmu adalah kekuatan pribadi terbesar dari manusia, diterima menjadi tenaga kerja adalah sebagai harga dari sebuah kesuksesan. Untuk meyakininya, beberapa orang menulis sebuah karya brilian, dan mengembangkan diri. Tapi, 90% dari reputasi penulis, tidak peduli dengan teknik mereka, dan hampir semua reputasi ilmuwan merubah pekerjaan mereka hingga merangkapnya dengan materi sebelumnya dan ini akan menjadi sulit diakui. Elaborasi ini akan terjadi jika diikuti dengan teliti, menarik dan mendalam.

Tiga Tahap Untuk Memperbaiki Solusi
            Karena perbaikan bisa mengartikan perbedaan antara sukses dan gagal, kita harus memahaminya dengan serius. Namun, ini bukan alasan untuk jadi ketakutan dengan tugas. Ini umumnya tidak membutuhkan kemampuan khusus. Sebaliknya, bisa dicapai apabila seseorang bekerja keras dan sabar. Tiga tahap ini meliputi:  Menonjolkan detail-detail dari sebuah solusi, menemukan ketidaksempurnaan dan komplikasinya, dan membuat sebuah kemajuan atau peningkatan.
A.       Menonjolkan detail-detail
Langkah pertama berarti menentukan bagaimana solusi kita akan diaplikasikan. Biasanya, hal-hal ini kebanyakan adalah hal yang biasa kita gunakan setiap harinya dan tidak kita perhatikan, seperti konsep, proses dan sistem, produk dan layanan, terlihat seperti bentuk yang sudah jelas. Kita jarang membayangkan bagaimana bentuk kasar suatu benda, atau menghargai kesulitan penemuan dan penyempurnaannya oleh para penciptanya.
Ada sebuah contoh yang berhubungan dengan pembahasan ini yaitu tentang ballpoint pen. Pada tahun 1888, ada seseorang dari Amerika Serikat yang bernama John Loud. Ia memiliki ide untuk menggunakan rotating ball untuk mengirimkan tinta ke kertas. Tapi, ia belum bisa menghasilkan tulisan yang bersih.
Pada tahun 1919, ada seseorang yang bernama Laszlo Biru dari Hungary. Ia berusaha memperbaiki ide dari John Loud. Namun, ia belum menyelesaikan desain dan tidak berhasil memasarkan idenya hingga tahun 1943. Bahkan, tinta itu keluar-keluar dan muncul bercak-bercak.
Akhirnya Frenz Seech dari Austria berhasil menemukan solusinya pada tahun 1949. Ia bekerja diluar kesulitan dasar. Seech berhasil menemukan kunci untuk membuat tintanya cepat kering. Iapun menjual pulpen tersebut dan sukses dipasaran. Dengan demikian, butuh waktu hingga 61 tahun dari konsep hingga perbaikan untuk menciptakan sebuah karya yang diinginkan.
Intinya adalah, jika ada ide yang paling kreatif sekalipun, ide itu tidak akan berguna hingga detail-detail dari aplikasi ide tersebut disempurnakan dan berhasil.
Jika solusi kita melibatkan proses baru, maka kita harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.      Bagaimana hal itu akan diselesaikan? (langkah-langkah)
2.      Oleh siapa hal itu akan diselesaikan?
3.      Kapan akan diselesaikan? (menurut jadwal apa?)
4.      Di mana akan diselesaikan?
5.      Siapa yang akan mendanai?
6.      Apa alat atau bahan (jika ada) yang digunakan?
7.      Dari sumber apa hal itu akan diperoleh?
8.      Bagaimana dan oleh siapa akan dipindahkan?
9.      Di mana hal tersebut akan disimpan?
10.  Kondisi khusus apa (jika ada) yang diperlukan bagi solusi tersebut untuk dilaksanakan?
Jika solusi kita melibatkan pembuatan sesuatu (seperti produk baru), kita harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
1.      Bagaimana hal tersebut akan bekerja?
2.      Seperti apa bentuknya? (jelaskan secara detail ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan detail lainnya)
3.      Bahan apa yang digunakan?
4.      Berapa biaya yang dibutuhkan?
5.      Siapa yang akan mendanai?
6.      Bagaimana hal tersebut akan digunakan?
7.      Siapa yang menggunakan? Kapan? Di mana?
8.      Bagaimana hal tersebut akan dikemas?
9.      Bagaimana hal tersebut dikirim?
10.  Bagaimana hal tersebut disimpan?

B.     Menemukan Ketidaksempurnaan dan Komplikasinya
Tahap kedua ini kita melihat apakah dalam detail ada ketidaksempurnaan. Keberhasilan dalam membujuk orang lain tentang nilai dari solusi kita tergantung dari kemauan kita untuk mengembangkan ide sebisa kita. Ketika kita telah berpengalaman dalam mengecek solusi secara kritis, kesulitan terbesar yang akan dihadapi adalah jenis ketidaksempurnaan dan komplikasi apa yang harus dicari dan bagaimana mencarinya.
Empat langkah pendekatan ini akan membantu dalam mengatasi kesulitan tadi dan memastikan bahwa analisa kita komprehensif.
1.      Periksa Bentuk Ketidaksempurnaan yang Umum
Seperti :
a)      Kejelasan : apa solusinya susah dimengerti?
b)      Keamanan : apa hal tersebut berbahaya bagi pengguna?
c)      Kenyamanan (manfaat) : apa solusinya janggal untuk digunakan?
d)     Efisiensi : apa penggunaannya memperlambat?
e)      Ekonomi : apa pembuatannya/penerapannya terlalu mahal?
f)       Kesederhanaan : apa desainnya kompleks?
g)      Kenyamanan (penggunaan ) : apa nyaman digunakan?
h)      Ketahanan : apa mudah rusak?
i)        Keindahan : apa bentuknya jelek?
j)        Kesesuaian : apa solusi ini dapat bersesuaian atau cocok dengan produk lain?

2.      Bandingkan Solusi Kita dengan Saingannya
Cek produk yang sudah ada, produk yang akan anda gantikan, yang dianggap kompetitif dengan produk kita. Tentukan kelebihan dari produk saingan kita (walau solusi kita harus lebih baik dari saingan kita, tapi mungkin masih ada kekurangannya.)

3.      Pertimbangkan Apa yang akan Disebabkan Solusi Kita
Pikirkan apa yang akan terjadi jika solusi kita diterapkan, jangan lewatkan perubahan kecil. Tentukan yang mana yang akan menyebabkan komplikasi.

4.      Pertimbangkan Efek dari Solusi Kita pada Orang Lain
Cari efek solusi kita pada aspek fisik, moral, emosional, intelektual, dan finansial. Jangan lupa mempertimbangkan efek yang kecil pun dapat mempengaruhi beberapa orang/kelompok. Kebanyakan perubahan yang dicatat diragukan sebagai keuntungan dari solusi kita, dan dapat menunjukkan ketidaksempurnaan atau komplikasi dalam solusi kita.

C.     Membuat peningkatan
Langkah terakhir ini, tipe solusi dikelompokkan berdasarkan yang biasa berhubungan dengannya, yaitu jenis peningkatan yang dapat diterapkan.
Untuk konsep baru/yang diubah :
1.      Ubah istilah-istilahnya : buat menjadi lebih simpel, mudah diingat, dan lebih menarik.
2.      Ubah caranya dijelaskan : gunakan ilustrasi, analogi yang berbeda.
3.      Ubah aplikasinya : gunakan dalam situasi atau cara yang berbeda.
Untuk proses, sistem, atau jasa yang baru/yang diubah :
1.      Ubah caranya diselesaikan, langkah-langkahnya
2.      Ubah yang melakukannya
3.      Ubah tempatnya
4.      Ubah bahan dan alatnya
5.      Ubah sumber alat dan bahan didapatkan
6.      Ubah tempat alat dan bahan disimpan
7.      Ubah kondisi yang dibutuhkan
Untuk produk baru/yang diubah :
1.      Ubah ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan lain-lainnya
2.      Ubah komposisinya (bahannya)
3.      Ubah cara penggunaannya
4.      Ubah siapa atau di mana atau kapan benda itu digunakan
5.      Ubah cara pengemasan atau pengirimannya
6.      Ubah cara penyimpanannya

[Source: The Art of Thinking, Vincent R.R]


(Paper, Critical and Creative Thinking UMN by me)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Novel gue cetak!

               "Akhirnya cetak!!!!!" gue mendadak gila gara-gara 2 buku yang terpampang di meja belajar. Buku apa? Buku novel hasil jerih payah gue sendiri. Dua bulan gue njelimpang-njelimpung cari inspirasi buat nyelesainnya, akhirnya tamat juga. Pyuhhh... *ngelapkeringet*                 Sebenarnya novel yang gue cetak itu cuma tugas, tapi gue tetep aja senengnya ampun-apunan. Jadi gini, awal semester 1 dosen gue yang biasa dipanggil pak Madun udah ngasih 'warning' ke kita buat segera menyelesaikan tugas akhir. Tugas akhirnya itu ada 3 pilihan, novel, kumpulan cerpen, dan kumpulan puisi. Masing-masing itu harus dikerjakan sebanyak 50 halaman A5 dengan berbagai ketentuan.                  Gue dan temen-temen langsung histeris ngedenger penjelasan tentang tugas gila itu. Berhubung yang doi minta 50 halaman, otomatis gue udah ngeper dulu buat bikin novel. Gila aja novel 50 halaman, bro! Waktu itu yang gue pilih adalah kumpulan cerpen. Menurut kesoktauan tingkat

From Them

Salah satu tradisi ulangtahun anak muda itu Display picture BBM. Seperti gue yang dapet poto dari sahabat-sahabat gila. made by Indah Made by Clarissa Thank you ya! -_______________- Good job, Tasha Mughniar

Demam Korea di Indonesia, Butuh Obatkah?

                  Kini televisi disegarkan oleh muda-mudi Indonesia berwajah oriental yang tampil dimana-mana. Mereka asyik menyanyi sambil menari dengan kostum warna-warni dan tak lupa pernak-pernik yang ikut menempel ditubuhnya. Mereka menamai dirinya sebagai boyband atau girlband. Lantas, mengapa harus muncul bersamaan? Ya, akh ir-akhir ini Ibu pertiwi sedang terjangkit sebuah demam, demam Korea. Diawali dengan munculnya sebuah drama seri berjudul “Full House” pada tahun 2004 yang sukses besar di Indonesia. Maka bermunculanlah drama-drama lain yang memanjakan mata masyarakat. Penyuka Korea pun semakin lama semakin bertambah.             Seiring berjalannya waktu, bukan hanya drama Korea saja yang seliweran di televisi Indonesia. Kini muncul pula boyband dan girlband asli Korea. Sebut saja Super Junior dan SNSD. Mereka adalah contoh boyband dan girlband paling terkenal di Korea, begitu juga di Indonesia. Tentu nama dan lagu mereka sudah tidak asing lagi bagi penyuka Korea di Indo