"Datang dan pergi. Ah! Semua sama." kata seorang wanita sambil menunduk. "Datang menyembuhkan luka itu bisa dipercaya, tapi pergi tanpa meninggalkan luka itu sulit dipercaya." tambahnya lagi sambil tersenyum. Aku terus berdiam diri menatap wanita itu. Wajahnya sendu, matanya sayu. Ia memadu senyum, tapi kepedihan masih bisa menyeruak dari rautnya. Semakin lekat aku menatap, semakin aku tahu jika hatinya sedang tersayat. Tiba-tiba air menetes dari sudut kiri matanya. Seketika senyum tadi pun hilang. Kini, aku dapat melihat dengan jelas raut wanita yang tersakiti. Wanita yang menyimpan pedih serta bongkahan amarah. Amarah yang terpendam, amarah yang akan mengundang dendam dan tentu amarah pada salah satu anak Adam. Wanita itu terus menangis sambil menatapku. Tatapannya tajam, hingga hatiku seperti teriris. Dari kilau matanya, aku melihat kelelahan dan keputusasaan. Ia sepertinya hampir menyerah dengan keadaan. Aku sangat merasa iba, ingin sekali a